Jumat, 19 Agustus 2016

Untuk Semua Perempuan yang Menyembunyikan Wajahnya

Semua perempuan itu sama, tinggal kau memilih ingin menjadi perempuan seperti apa.

Waktu itu umurku masih 8 tahun. Seperti yang kalian tahu, aku tidak memiliki teman ataupun sahabat kecuali satu anak yang mengalami nasib yang sama denganku karena dia mempunyai kelainan fisik dan mental. Setiap hari kami berbagi cerita hanya berdua. Apapun kami lakukan agar kami dapat diterima oleh teman2 di kelas yang lainnya. Seperti bermain "setan2an", temanku td itu jadi setan, dan akunya jadi tumbal hahaha. Entahlah, apa mereka masih ingat dengan perlakuan mereka pada kami saat itu.
Setiap aku sakit dan tidak masuk selama hampir sebulan, mereka jangankan mendoakanku, tapi justru menyalahkanku, (bahasa jawanya; nyukurke)
Ya sudahlah, mereka juga tidak perlu merasakan sakit yang aku rasakan.
.
Hari demi hari berlalu, aku mulai memasuki masa SMP. Namanya anak abg ya, pasti ada yang namanya naksir2an kan. Waktu itu ada dua teman SD yang masuk SMP yang sama denganku. Keduanya laki2, dan masuk kelas yang berbeda, yang satu baik banget dan alim, yang satunya lagi agak " kekinian". Nah yang "kekinian" itu ditaksir sama salah satu teman sekelasku. Begitu tau aku teman SDnya si "kekinian" itu, aku diminta sama temenku buat cari info tentang dia. Dan entah gimana ceritanya, malah menyebar isu kalau yang naksir sama si "kekinian" itu adalah aku. Suatu hari, waktu aku lagi jalan sendirian di lorong sekolah, teman sekelas si "kekinian" itu menunjukku sambi berkata, "Lho W**, ini to orang yang suka sama kamu, JUELEK BANGET".
.
Oke.
.
Bayangkan perasaanmu dikatain seperti itu. Tapi yaudahlah, siapa sih yang peduli soal sakit hatiku? Siapa yang peduli soal perasaanku?
.
Aku sendiri sampai merasa bahwa aku adalah orang yang paling jelek di kelas, di sekolah, di dunia. Stigma seperti itu seperti aku selalu ada di kepalaku sampai aku SMA.
Aku benci yang namanya cowok, waktu itu. Benciiiiii banget. Bodo amat liat temen2ku pada pacaran sana sini, makrab sana sini, kenalan sama cowok. Yang ada di kepalaku cuma satu waktu itu, belajar ! Pokoknya aku harus masuk UGM, haruuuus !
.
Suatu hari aku diajak kakak perempuanku jalan2 ke butik. Kakakku itu sering banget ngajak aku jalan2 tanpa rasa malu mengajakku. Oh iya, buat yang belum tau, kakak perempuanku itu cuantiiiiiiiiiiiiiik banget, wajahnya nggak mirip aku, dan dia hits banget. Semua orang bilang dia kayak bidadari. Sesuatu banget lah pokoknya 😀
.
Suatu hari, aku tanya sama kakakku, "mbak, kamu nggak malu po ngajak aku? Aku kan jelek"
Dan jawaban dialah yang mengubah hidupku sampai saat ini. Katanya, "Nin, cantik itu pilihan, kamu mau jadi cantik atau jadi jelek?".
.
.
.
Aku terdiam.
.
.
.
Apa yang dikatakan kakakku terus terngiang di benakku saat itu. Dan karna itu, aku menjadi kepikiran itu berubah, aku harus berubah!
.
Sejak saat itu aku mulai memperhatikan semua yang ada pada diriku, dari fashion, make up, sampai bentuk tubuh.
.
Yah, meskipun sekarang juga nggak cantik2 banget sih, tapi ya setidaknya lebih enak dilihat lah.
.
.
Jadi, buat kalian perempuan2 yang merasa jelek dan terbully oleh orang2, jangan menyerah, jangan khawatir. Pasti akan ada masanya dimana orang2 yang membully itu akan menyesal ketika melihat kamu sudah menjadi seorang wanita karier yang cantik! 😚😚😘

Cikarang, 20 Agustus 2016.

Sabtu, 20 Februari 2016

Untuk Orang-orang yang Tidak Mampu Menatap Mata

Waktu itu umurku masih empat tahun. Aku merasa bahagia melihat ayunan dan perosotan itu ada di depanku. Tanpa tahu bahwa itulah awal kehidupan beratku dimulai.

Aku tidak tahu apa salah dan dosaku. Mengapa teman-teman tampak membenciku? apa karena tinggiku yang hanya 100cm ini? Aku pun tak tahu.

Mungkin tidak banyak ingatan masa kecil yang kuingat. Aku yakin pasti aku pernah terbentur sesuatu sehingga memory masa TK-SDku sangatlah sedikit. Atau mungkin karena terlalu menyakitkan sehingga aku tidak ingin mengingatnya?
Suatu hari aku duduk di depan seorang gadis mungil yang juga merupakan teman satu kelasku di TK. Tiba-tiba gadis itu mendekatkan wajahnya ke depan mukaku dan langsung meludahi wajahku. Tentu saja aku terkaget-kaget dan hanya bisa menangis.
Itu baru permulaan. Semenjak saat itu, kehidupanku penuh dengan perlakuan kasar dari teman-teman. Mulai dari dijegal saat berjalan, di pukul bagian dada, kepala, dan juga di dorong dari belakang. Apakah aku membalas semua itu? Tidak. Jangan dibayangkan aku berani memberontak. Bahkan, melihat pelakunya pun aku tidak berani. Setiap hari, sepanjang jalan aku hanya berani berjalan menunduk. Aku tidak punya teman. Sungguh. Satu-satunya temanku adalah seorang gadis yang memiliki "keadaan yang berbeda" dengan teman-teman lain yang memiliki fisik serta pemikiran yang sempurna. Aku masih berteman dengannya sampai saat ini.
Kondisi fisikku yang lemah mengakibatkan aku jarang masuk sekolah. Pernah suatu ketika aku sakit dan harus istirahat selama satu bulan. Secara otomatis nilai-nilaiku di sekolah pun semakin turun dan aku pun selalu mendapatkan peringkat terakhir selama SD.
Pernah suatu ketika aku sakit dalam waktu yang cukup lama. Ibuku membelikanku sebuah tempat pensil seharga Rp. 25.000,- (mungkin kalau sekarang sekitar Rp. 100.000,-an?) agar aku semangat lagi masuk sekolah. PAdahal aku tahu dengan pasti bahwa uang sebesar itu sangat besar dan berat untuk Ibu. Besokmya aku dengan bangga masuk sekolah dan ternyata hari itu ulangan matematikan tentang materi baru yaitu perkalian. Aku yang baru masuk sekolah hari itupun gelagapan karna tidak tau apa yang dimaksud dengan perkalian. akupun menjawab asal-asalan dan mendapatkan nilai 0. Tentu saja nilai tersebut langsung aku sembunyikan karena malu. Tidak lama kemudian setelah ulangan berakhir, ada salah satu teman yang melihat kotak pensilkua, dia mengangkatnya dan melihat ke bagian bawah kotak pensil tersebut. Ternyata di bagian bawah kotak pensil tersebut ada catatan-catatan perkalian berbentuk tangga, seperti 1x1=1, dsb. Sontak dia langsung berteriak "Oooo jadi kamu selama ini nyontek ya!!!" Teman-teman lain yang mendengarnya pun langsung mendekat padaku dan mereka setengah membanting tempat pensil baru yang dibelikan oleh Ibuku itu. Mereka membentakku dan melarangku untuk menggunakannya lagi.

Setelah lulus SD, teman-teman berlomba-lomba masuk ke SMP favorit pilihan mereka. Aku yang hanya seorang gadis bodoh waktu itu hanya bisa pasrah. Tapi Ibuku terus menyemangatiku dan mendaftarkanku untuk masuk ke salah satu SMP favorit di Jogja. Aku tidak yakin, Tapi Ibu selalu mengatakan bahwa aku bisa, aku cerdas dan hanya tertutupi oleh penyakitku dan rasa maluku. Akhirnya aku pun menurut dan Puji Tuhan aku diterima dengan peringkat yang memuaskan.
Masa-masa SMPku kulalui dengan berat. Aku yang sejak SD memang minim ilmu karena jarang masuk sekolah, sulit mengejar teman-teman di SMP. Terlebih teman-teman SMPku pintar semua. Tapi aku tetap berjuang dan akhirnya selepas lulus SMP akupun memilih untuk mendaftar di sekolah swasta khusus perempuan di Jogja. Di sekolah ini aku mendapatkan banyaaak sekali teman-teman. Mereka semua ramah dan baik-baik. AKu sangat bahagia bisa bertemu mereka. Sama seperti sewaktu SMP, pada saat aku kelas X semester 1, aku yang minim ilmu ini sudah pasrah mau seperti apa nilaiku. Aku tidak pernah belajar dan malas-malasan. Hingga akhirnya pada saat penerimaan rapor semester 1, aku memperoleh peringkat 9. Aku kaget dan tidak menyangka bahwa aku bisa masuk 10 besar. Aku pun mulai merenung dan berpikir bahwa sebenarnya aku ini tidak bodoh, aku bisa berubah!
Setelah itu, mulai dari awal kelas X semester 2 akupun belajar mati2an setiap hari, dari jam 4 sore sampai jam 11 malam setiap harinya. Semua itu aku lakukan demi mengejar ilmu-ilmu yang tertinggal. Berat memang, rasanya seperti otakku memberat, sungguh. Ibuku pun sampai melarangku untuk belajar karena takut aku kelelahan dan jatuh sakit. Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik. Puji Tuhan,pada saat terima rapor kelas X semester 2, aku berhasil naik ke peringkat 4 dan masuk jurusan IPS. Selanjutnya selama kelas XI aku selalu memperoleh peringkat 2 dan pada kelas XII aku selalu memperoleh peringkat pertama. Ketika kelulusan pun aku memperoleh peringkat kedua pararel satu sekolah dari bidang studi IPS.
Setelah itu aku mulai mendaftarkan diri untuk masuk universitas. Aku mendaftar di salah satu Univ. swasta ternama di Jogja melalui jalur prestasi dan diterima di jurusan psikologi. Namun setelah aku memikirkan matang-matang aku pun mengundurkan diri dan tidak menerima tawaran tersebut. Alasan utamanya adalah karena aku semasa kecil mengalami tindakan bullying dari teman-teman, maka apakah aku mampu menjadi seorang psikolog yang baik nantinya? Alasan selanjutnya dalah karena aku ingin masuk jurusan sastra jepang. Itu sudah menjadi impianku sejak awal SMA.
Akhirnya, setelah itu pun aku mulai mendaftarkan diri untuk mengikuti SNMPTN dan Puji Tuhan lolos diterima di pilihan pertama, yaitu sastra jepang. Selanjutnya, masa-masa kuliah kujalani dengan penuh sukacita dan lulus tepat waktu.


Aku tidak berniat sombong ataupun pamer, sungguh. Semua yang kuceritakan ini bukanlah soal kesuksesan maupun kepandaian yang kudapatkan. Ada satu hal penting ingin kusampaikan pada semua orang yang membaca tulisan ini. Bahwa, SEMUA BISA BERUBAH. Jangan pernah malu untuk menatap mata orang lain, angkatlah kepalamu dan tataplah mata orang-orang di sekitarmu. Dengan begitu, semangat serta keberanianmu akan muncul dan akan membawamu pada mimpi-mimpimu.

Cikarang, 20 Februari 2016